Selasa, 10 Maret 2015

KAKAK BULAN


Hallo Kakak Bulan,

Kabar baik kan?
Baru hari Senin kemarin kita bersua, bercerita tentang apa saja dan banyak fakta yang membuatku cukup menganga. 

“Biar diingat banyak orang.” Begitu katamu ketika aku bertanya tentang nama "Bulan" untuk yang kedua kalinya. Aku sebenarnya geli mendengar jawabanmu yang diselingi dengan tawa. Memang dua kali pula kita bertemu setelah kita saling mengenal lewat akun twitter. Kau masih setia pada seseorang yang kau ceritakan waktu pertama kali pertemu denganku bahkan hingga saat ini. Sedang aku sudah menjalin kisah dengan dua orang berbeda tapi kandas semuanya. Tidak sepenuhnya salah mereka atau salahku juga, aku menduga bahwa aku dan beberapa lelaki sebelumnya belum ditakdirkan untuk terus bersama-sama dalam sebuah ikatan. Berbeda denganmu Kakak Bulan yang sudah sekian tahun menjalin hubungan jarak jauh dengan lelaki yang menurutku sangat tepat. Entahlah, aku berfirasat jika kau memang berjodoh dengan laki-laki itu. Apalagi setelah aku melihat foto kalian berdua, rasanya lelaki itu pun punya sifat setia sama sepertimu. 

Kakak Bulan, izinkan aku mengungkapkan beberapa perasaan ketika awal mengenalmu. Aku pikir kau seseorang yang tak begitu ramah dan cenderung Introvert. Sampai pada aku bertemu denganmu pertama kali, pandanganku tentangmu belum berubah. Aku sering kikuk sendiri dan bingung mau berbuat apa ketika kita sempat duduk santai berdua di sebuah cafe. Tapi pertemuanku yang kedua denganmu, mungkin sebelum pertemuan akhirnya tiba aku merasa sangat nyaman bercerita denganmu. Rasanya aku menemukan kakak perempuan yang tak canggung menceritakan banyak hal. Kau salah satu orang yang terbuka tidak seperti dugaan awalku, nyatanya kau juga membagi beberapa kisah tanpa ragu kepadaku. Salah satu yang aku suka darimu adalah  kau tak bersikap seakan-akan kau lebih tua dariku. Kau bersikap sangat ramah dan tak berusaha menggurui atau merasa lebih dewasa. Hal itu yang membuatku sangat nyaman bercerita kepadamu. Selain itu senyuman sepertinya sudah disulam di kedua bibirmu, aku sampai kadang heran bisa-bisanya senyuman itu selalu bertengger di situ. Aku merasakan aura positif yang terpancar dari dirimu (ini sungguhan bukan melebihkan). 

Ah iya, banyak yang bilang kalau kita ini kembar. Padahal jika mereka tahu sesungguhnya pasti lebih banyak yang memilihmu daripada aku (hahaha... aku ingin tertawa. Sungguh). Bagaimana tidak, kau lebih menarik ketimbang aku, pula sajak-sajak dan puisimu yang sering membuat banyak terenyuh tidak terkecuali aku. Kau terlihat lebih bersahabat ketimbang aku dan memiliki tubuh yang lebih proporsional ketimbang aku (yang kelebihan berat badan). Buktinya banyak yang kepincut denganmu saat ini. Ah, aku tak mempermasalahkan semua itu. Mungkin yang mengira kita kembar hanya melihat sebatas potret saja, tidak mengetahui bagaimana wujud nyatanya. 

Kakak Bulan, sebenarnya waktu pertemuan kita yang kedua itu aku ingin meminta saran darimu tentang sesuatu. Tapi aku keburu tercengang dengan banyak kisah yang kau ungkapkan meskipun sebenarnya membuat tanda tanyaku lebih banyak saja. Mungkin suatu saat kita bisa berbincang lagi tentang masalah-masalah yang mengejutkan itu. Banyak hal tak terduga yang tidak sesuai kenyataan dan sebenarnya juga sudah aku rasakan keganjilannya. Tapi kali ini, aku ingin meminta wejangan darimu. Bagaimana bisa kita menerima sesuatu dengan lebih ikhlas? Bagaimana cara agar perasaan iri tak sering mampir? Aku ingin menanyakan hal ini waktu itu kepadamu, awalnya sempat tertahan kemudian berakhir pada kelupaan. Aku pikir dua pertanyaan itu tak penting bagi perbincangan kita di cafe yang mungil dan cukup sepi waktu itu. Aku ingin menanyakan hal itu sebab aku pikir kau adalah sosok perempuan yang tidak banyak menuntut tapi mampu menerima apa yang sedang diberikan oleh siapa saja. Entahlah, mungkin anggapanku yang satu itu tentangmu bisa salah atau bisa saja benar. Oleh sebab itu aku ingin menanyakannya kepadamu. (semoga tak kau anggap konyol).

Hahaha.. Kakak Bulan, bukankah setiap perempuan seperti kita memiliki rahasianya masing-masing? Tapi bukankah setiap kita pula ingin menceritakan rahasia itu kepada seseorang yang dipercaya? Harta karun pun di pendam di suatu tempat, harusnya rahasia juga memiliki wadah untuk diletakkan. Sebab aku merasa yakin jika kesusahan akan menimpa kita yang seringkali memendam sesuatu hal sendirian. Aku ingin kau menjadi salah satu yang bersedia menjadi curahanku tentang beberapa hal. Saling berbagi pengalaman. Kemarin kau bilang kepadaku berkali-kali "memang perasaan nyaman nggak bisa dibohongi." Aku setuju dengan pernyataanmu tapi seringkali perasaan nyaman itu seringkali harus dinomor-sekiankan sebab kita tak berhak untuk itu (pedih sekali). Beritahu aku bagaimana rasa nyaman itu dapat tetap kita pelihara tanpa menyakiti siapa-siapa. 

Kakak Bulan, aku senang dipertemukan denganmu, aku senang bisa ngopi cantik denganmu, dan semoga kau tak bosan-bosan untuk meluangkan bertemu sekali lagi (bahkan berkali-kali) denganku. Surat ini hanya memuat secuplik saja, meskipun kelihatannya begitu panjang lebar. Sebenarnya masih banyak yang ingin aku ungkapkan dan membantuku memecahkan tanda tanya yang begitu banyak di dalam benakku tentang hal-hal yang mengejutkan itu. Setidaknya kau punya waktu untuk sekadar membacanya dan mengabariku lewat pesan BBM. Terima kasih, Kakak Bulan.

0 comments:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.