Sekalipun waktu itu nyeri kau tancap dalam-dalam seperti duri mawar yang pasti menjadi takdir di tubuhnya
Sekalipun kau aku-akui aku sebagai boneka; terpenjara
Sekalipun aku tak mampu menolak apa-apa yang kau paksa
Kau harus tahu, bahwa memang tak ada iba untuk lapang dada yang harus aku bawa jika ingin mencintaimu
Aku mengerti jika akan selalu ada waktu untukku mencecap pedih atau perih di mataku hingga akhirnya jatuh tangis yang hujan
Atau aku harus bertahan dengan gersang kabar yang tak akan pernah kau sirami barang satu kata sapa "Hai" saja
Begitu sulit untuk mencintaimu bila aku tak menanggalkan apa-apa yang kupunya
Aku harus rela berulang kali bersulang dengan cangkir-cangkir harapan yang kosong sebab kau teguk tak setetes pun kau bagi kepadaku
Tapi biarlah, jika hanya aku saja yang memberi
Ah, kau tak pelit
Buktinya, kau dermawan sekali memberiku kabung duka lara
Tak apa, aku terima
Ketahuilah, sementara kau terus menghibahkan rasa sakit, biarkan aku tetap menjadi mawar putihmu; membersihkan luka di hatimu
0 comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.