Kau seperti rumput liar yang coba ku pangkas
Semakin
ku gunting, semakin meranting
Malam
ini, ketika dinding kamar memudar warna catnya
Dan
kipas angin mengibas-ngibaskan
sejuk
yang pengap, aku kembali terlena
Berkelana
di linimasa memburu kabarmu yang sekian tahun menjauh
Entah
karena alasan apa, tapi yang ku kenal hanya
satu
kata saat ini, rindu berulang-ulang menggema
di
gendang telinga. Rindu.. rindu.. rindu..
Ah,
aku sungguh rindu cinta pertamaku
Kenangan
yang berlari-lari di kepalaku meluluhkan hati
Perih
telah uap, sebab aku lebih mengingat cara wajahmu tertawa
Kerut-kerutnya
membuat perasaanku carut-marut
Telah
ditinggalkan oleh bibirmu, pesona yang luar biasa
Seringkali
aku tak kuasa menepis segala tentang kau
yang
sempat melumpuhkanku seketika
Bahkan
di bergantinya masa
Penyesalan
yang dulu begitu kuratapi
Telah
hangus beserta kemarahan-kemarahan yang dulu sempat sangat dengus
Aku
kembali luluh oleh kelebat-kelebat tentang kita
Yang
dulu sempat mengguyupkan bahagia bersama
Tak
peduli seberapa deras air mata yang pernah kau dan aku jatuhkan
Ah,
aku sungguh rindu cinta pertamaku
Meski
album potret kita yang pernah sengaja diabadikan
Telah
lenyap ditilapkan kurun kalender
Namun
kenangan tak pernah begitu saja menghilang oleh lalu lalangnya tanggal-tanggal
Kisah-kisah
using itu tetap tinggal
Dirawat
ingatan hingga kekal
Sebab
mengenangmu adalah candu yang seringkali ku cumbu
Tiap
rindu memeluk tubuh waktu
Ah,
aku sungguh rindu cinta pertamaku
Tapi
kini, kau lebih senang merengkuh hangat peluknya
Seharusnya
aku turut bahagia
Yaa…
seharusnya!!!
0 comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.