Jumat, 21 Juli 2017

RINDU

Sudah malam ke berapa aku merindukanmu. Sajak ini sengaja ku tulis untukmu, tapi mungkin tak akan pernah kau baca, karena kau sudah sibuk dengan segala aktivitasmu.

Sudah, aku sudah berusaha menaklukkan jarak di depan mata, yang jelas-jelas memisahkan kita. Dulu sebelum jarak ikut campur dalam hubungan kita, bertemu setiap hari adalah kewajiban, kini bertemu hanya sekedar memeluk saja harus butuh kesabara. Hanya dengan beberapa lembar foto di meja belajar, menemani dan menyapa ketika rindu itu tiba dengan sesukanya. Untuk apa pula aku ucap rindu kepadamu? Toh, ucapanku tak berarti lebih untukmu, hanya sekedar rengekan anak kecil yang ingin meminta mainan.

Sejak kapan rindu itu meng-enakan? Dari dulu rindu memang menyiksa, apalagi jarak yang menjadi penyebabnya. Atau malah, rindu yang dianggap hal sepele, dirindukan tetapi hanya diam.

Memangnya sejak kapan laki-laki lebih peka dari perempuan? Atau justru sejak kapan perempuan lebih menang logika dari laki-laki? Hanya sedikit laki-laki yang tersiksa menahan rindu kepada perempuannya, atau lebih mudahnya yang sering tersiksa karena rindu adalah perempuan. Perempuan lebih peka, mereka merasakan dengan hati.

Jika saja kau mampu melihat seberapa besar rindu ini, mungkin kau tak akan lagi menganggap remeh ketika aku berucap rindu kepadamu. Ah semoga saja, suatu saat kamu mampu melihatnya.

0 comments:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.