Ada banyak perihal yang ingin dibagi, tentang jatuh tanpa suara pula tentang degup yang menggila. Dalam sunyi ditemani remang pula kunang-kunang yang pancarkan sedikit silau gemilang.
Ada banyak tutur yang ingin dilepas supaya lega adalah kata selanjutnya. Tidak mudah pula ternyata merealisasikannya, berjarak memang tidak begitu jauh kita ini, aku bahkan yakin masih mampu menyeretmu datang untuk saling bertatap iris satu sama lain.
Masalahnya bukan disana, bukan pada dua tubuh yang harusnya saling mendekat untuk tau selanjutnya apa yang wajib diperbuat. Tidak dan bukan hanya itu.
Aku butuh berkomunikasi denganmu, betul itu mauku. Tapi yang harus di wahidkan dari segala bentuk harapku adalah bagaimana untuk dapat menyentil nalurimu. Sadarkan penghuni ragamu bahwa perempuan ini telah dicekat rindu.
Bagaimana melakukannya? Temu adalah bentuk yang sedang coba kuhindari darimu. Bukan karena aku enggan, hanya, yaa hanya saja aku gagu ketika retinamu menghujam iris mataku.
Takut, takut ada kata yang seharusnya hanya jadi rahasia malah tercecer dengan tidak seharusnya. Takut pada akhir dari padanya kamu malah hanya sibuk tergelak sebab yang kututurkan hanya terfikir sebatas lelucon buatmu.
Jadi dari banyaknya andai yang coba ingin ku urai. Jawaban akhir dari banyaknya opsi hanya ku temui satu. Yang paling aman dan menguntungkanku, menceritakanmu pada penciptaku, merengek padaNya atas segala yang berbaumu. Tenang ini bukan main belakang namanya, tapi aku maju langsung pada baris paling depan 😊😊
0 comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.