Hujan : Hai, ini cokelat hangatmu.
Senja : Kopimu?
Hujan : Sudah habis tadi.
Senja : Kau kenapa?
Hujan : Tidak apa-apa. Kenapa?
Senja : Ada yang aneh.
Hujan : Aku kan memang aneh.
Senja : Hujan, ada yang kau sembunyikan?
Hujan : Aku besok tidak menemuimu, tidak apa kan?
Senja : Kenapa?
Hujan : Aku bertugas siang hari, menemani terik mentari untuk mencipta pelangi.
Senja : Kau menhindariku, ya?
Hujan : Tidak.
Senja : Kau sakit?
Hujan : Tidak.
Senja : Lalu?
Hujan : Lalu apa? Habiskan cokelatmu, aku tadi membawa serta angin,nanti kau kedinginan.
Senja : Kenapa kau peduli padaku?
Hujan : Tidak tahu.
Senja : Kenapa kau bergemuruh saat di dekatku?
Hujan : Entahlah..
Senja : Sampai kapan membohongi diri bahwa ada rasa berkecamuk dalam dirimu tentangku?
Hujan : Sampai aku mati rasa.
Senja : Aku mohon, jangan berbuat seperti ini.
Hujan : Temui aku esok.
Senja : (Terdiam)
Hujan : Tidak bisa kan? Senja, kau dan aku itu tidak mungkin, tidak akan mungkin. Maaf, aku harus pergi sejenak.
Senja : Bagaimana jika aku rindu?
Hujan : Ku yakin kau tau harus bersikap bagaimana, dan kau pasti tau ke mana harus mencariku.
0 comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.