Selasa, 25 April 2017

HUJAN DAN SENJA

Hujan : Hai, ini cokelat hangatmu.

Senja : Kopimu?

Hujan : Sudah habis tadi.

Senja : Kau kenapa?

Hujan : Tidak apa-apa. Kenapa?

Senja : Ada yang aneh.

Hujan : Aku kan memang aneh.

Senja : Hujan, ada yang kau sembunyikan?

Hujan : Aku besok tidak menemuimu, tidak apa kan?

Senja : Kenapa?

Hujan : Aku bertugas siang hari, menemani terik mentari untuk mencipta pelangi.

Senja : Kau menhindariku, ya?

Hujan : Tidak.

Senja : Kau sakit?

Hujan : Tidak.

Senja : Lalu?

Hujan : Lalu apa? Habiskan cokelatmu, aku tadi membawa serta angin,nanti kau kedinginan.

Senja : Kenapa kau peduli padaku?

Hujan : Tidak tahu.

Senja : Kenapa kau bergemuruh saat di dekatku?

Hujan : Entahlah..

Senja : Sampai kapan membohongi diri bahwa ada rasa berkecamuk dalam dirimu tentangku?

Hujan : Sampai aku mati rasa.

Senja : Aku mohon, jangan berbuat seperti ini.

Hujan : Temui aku esok.

Senja : (Terdiam)

Hujan : Tidak bisa kan? Senja, kau dan aku itu tidak mungkin, tidak akan mungkin. Maaf, aku harus pergi sejenak.

Senja : Bagaimana jika aku rindu?

Hujan : Ku yakin kau tau harus bersikap bagaimana, dan kau pasti tau ke mana harus mencariku.

0 comments:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.