Aku ngga pernah menyangkal bahwa aku yang seorang perempuan adalah makhluk emosional juga. Dunia mungkin menuntutku untuk terlihat tegar dan selalu bersikap logis, tapi aku tetaplah manusia, yang juga merasa, meragu, dan bertanya-tanya.
Aku sudah memutuskan untuk pergi. Ngga mudah, tapi aku tetap melakukannya karena merasa itu yang terbaik untuk kita. Namun tiba-tiba, aku menemukan kejujuranmu yang membawaku pada perasaan yang belum sempat ku urai. Ada rasa bersalah yang mengalir dan mengendap setelahnya. Kamu memberiku kejujuran, mungkin juga ketulusanmu, dan aku sadar, aku ngga mampu, atau mungkin ngga ingin membalasnya.
Bukan karena kamu ngga layak dicintai, tapi karena aku ngga bisa memberikan apa yang kamu butuhkan dariku. Aku ngga mau menjadi pengisi yang setengah hati di dalam ruang yang kamu persembahkan sepenuh hati dan jiwamu. Dan inilah yang membuat semuanya terasa berat buatku—meninggalkan bukan karena benci, tapi karena aku tahu cinta yang ngga seimbang hanya akan melukai kita berdua.
Aku selalu berharap, dengan atau tanpaku, kamu menemukan kebahagiaan yang sejati. Kamu pantas mendapatkan cinta yang mampu membalasmu, bukan cinta yang ragu seperti milikku.
0 comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.