Aku selalu percaya bahwa sesuatu yang tumbuh di antara dua orang seharusnya cukup untuk dihargai. Namun, 'dihargai' yang kita pahami sering kali berbenturan di tempat yang tak bernama—dalam jurang pemahaman yang tak selalu terlihat. Ada batas yang samar, tak tampak, tapi mencengkeram. Ada tatapan yang entah nyata atau hanya pantulan ketakutan kita sendiri. Kita tidak benar-benar tahu. Namun, kita tetap merasa.
Bahkan di beberapa tempat, layak tidaknya sesuatu dihargai lebih sering ditentukan oleh sejauh apa kita bisa menyelinap tanpa menimbulkan gelombang; seberapa sesuai kita dengan aturan yang tak pernah benar-benar kita baca—hanya kita sadari saat, tanpa sengaja, dan melanggarnya.
0 comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.