Seringnya kalimat ini muncul ketika akhir yang kita harapkan tidak sesuai dengan realitas yang terjadi. Mencoba bernegosiasi dengan diri sendiri bahwa seandainya masih diberikan kesempatan kedua, mungkin saja kita bisa lebih layak untuk mendapatkan akhir yang baik.
Jika diberi waktu untuk mengulang, ada banyak hal yang bisa kita hindari. Kedukaan dan rasa sakit kadang memaksa kita untuk berpikir kepada sesuatu yang sepatutnya tidak menjadi urusan kita.
Padahal sebaik-baiknya takdir adalah yang kita jalani saat ini. Hanya keimanan kita masih terlalu lemah untuk percaya bahwa manusia terlahir dengan sebaik-baiknya bentuk dan Allah Maha Mengetahui atas segala sesuatu.
0 comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.