Minggu, 01 Maret 2015

PERTEMUAN KEMBALI DI UJUNG SENJA


Malam tak sempat menyodorkan mimpi, aku terjaga sampai pagi yang masih mentah, pada gelap yang masih samar merajai haluan.

Kelana jiwa ku masih melayang, jauh dari sangkar alam sadarku bersandar.

Air runtuh dari langit dan pecah ditanah, amis tanah yang baru pertama kali dicumbui hujan itu mengembang diudara, menari dalam penciuman ku yang lelah.

Aku menyingkap jendela yang berenda putih, angin bertiup sedikit lebih resah, mengeleparkan dedaunan sedikit mendesah, menyuapi dingin di dinding warasku yang rusuh.

Kembali melompat dan mendiami ingatan ku akan sebuah kisah di ujung senja sore tadi, pada jingga yang terpahat sempurna dipundak langit barat, pada hentakan waktu yang begitu singkat.

Debur ombak mendesir pelan, menjilati bibir pantai yang terpagari bebatuan, ku teguk kopi yang berangsur dingin. Namun tak jauh dari tempat ku menyandarkan penat, mataku tak sengaja berpapasan dengan sosok yang pernah lekat dibenak ku.

Ragu sempat mengayun batinku, namun akhirnya ku beranikan diri mendekatinya yang sedang menatap lepas ketengah laut.

Ku tangkap dengan jelas keterkejutannya melihat kehadiranku disampingnya.

Aku menemukan sebuah senyum yang merekah tak sempurna, sepasang mata yang yang tak lagi berbinar ceria, raut yang nyaris melukis derita dengan jelas, dia terlihat menua lebih dini dari usianya. Sebegitu beratkah jalan hidupmu kini? Gumamku resah.

Tujuh tahun tak berjumpa dengannya, sepanjang waktu itu juga rindu bergemuruh dijantung ini, namun dalam kurun waktu itu, aku tak pernah lagi merentas harap setinggi langit, karena setelah ku tahu bagaimana sakitnya aku terjatuh. Maka aku hanya berani merangkak, dan mulai belajar berjalan namun aku takut berlari dan jatuh kembali.

Memang tak selayaknya aku menghakiminya sebagai tombak yang menohok hatiku atas luka itu, karena ku tahu dengan pasti, diapun hanyalah tumbal dari suatu ketidak-adilan, diapun merintih dan menangis seperti aku juga, namun dia dan aku terlampau kerdil kala itu, taring kami sama-sama tumpul, nyali kami juga terlalu ciut, dan kami menyerahkan kebahagian kami pada titah kasta yang tak bisa diterjang dengan kutulusan cinta. 

Ketika mekar senyum kita tak lagi manis ..
Itu bukan salah mu..
Ketika tutur kata kita tak lagi lembut.. 
Itu juga bukan salah ku..

Ketika sentuhan hati kita tak lagi hangat..
Itu bukan salah mu.. 
Ketika tatapan mata kita tak lagi sejuk.. 
Itu juga bukan salah ku..

Ketika deru nafas cinta kita tak lagi sama.. 
Itu bukan salah mu. .
Ketika debaran rindu kita tak lagi mesra..  
Itu juga bukan salah ku..

Aku dan Kamu hanyalah tumbal.. 
Dari sebuah Kasta yang tak sama..

* Puisi ini dia tulis pada secarik kertas yang dia selipkan di saku tas ku pada pertemuan terakhir kami sebelum cinta itu kandas.

Langit diawal pagi masih menyisakan gerimis dan dingin, sayup ku dengar dedaunan masih merisau gundah, aku meninggalkan namanya yang tertulis di kaca jendela yang berembun, ku melangkah kearah rak buku yang tertata bisu, ku raih sebuah buku usang bersampul biru langit yang dulu diberikannya sebagai lahan untuk ku menggarap ide-ideku menulis, buku yang merentas rangkaian kenangan dengan detail, namun sudah banyak lembarnya yang ku robek paksa, karena terlampau sakit jika dijenguk kembali. Namun disana masih tersimpan sepotong puisi yang pernah dia kirimkan bersama undangan pernikahannya.

Sudah, padamkan saja semasih bara..
Jangan kau kipas menjadi api..
Dan jika ada yang harus terbakar..
Biarkan saja aku yang menjadi abu..

* Sebait kata yang terlampau singkat namun tersirat penuh luka yang mencabik hati, jiwaku tak henti meringis membaca kata-katanya.

Taman dan bunga-bunga masih di dera tangisan langit yang merinai dingin, mendekapkan beku direlung yang merintih pedih, dalam diam yang terus melukis wajah muramnya. Air mataku tanpa dikomando meleleh mengingat kembali sorot lelah dan luka dimatanya kemarin sore. Karena tak bisa ku pungkiri lukanya telah menjadi laraku juga.

0 comments:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.