Ada satu ingatan kecil yang tiba-tiba datang malam ini.
Ingatan
di mana kita duduk di satu ruangan berwarna biru muda. Dengan dua
jendela kecil, kita duduk berdua menatap keluar jendela.
Aku
selalu suka menopang dagu di sana, selalu kau bilang, angin yang masuk
melalu celah di sana sangat sejuk. Aku setuju. Entah sudah berapa
pendapatmu yang aku setujui, tapi yang satu ini aku paling setuju.
Angin
yang masuk ke dalam ruangan jika jendela itu dibuka adalah yang terbaik
dibanding harus membuka lubang udara atau menyalakan pendingin ruangan.
Dengan sebuah lonceng yang tergantung di atas jendela, dan kamu duduk
di sebelah membuat suasana semakin sempurna.
Kita bisa berbicara
apa saja di sana. Menertawakan orang yang lewat di bawah, atau berbisik
pelan-pelan membicarakan penghuni di sebelah, menyanyi keras-keras tidak
tau waktu, atau ada waktu kita sama-sama diam, asik sendiri-sendiri
tanpa merasa kesepian.
Pagi, siang, atau malam. Hujan atau terang
benderang, berada di sana selalu menyenangkan. Entah apa yang membuat
senang, tapi di sana aku merasa sangat tenang.
“Aku mau hidup di sini.” Kataku malam itu.
“Hahahah, kenapa? Rumahmu jauh lebih besar dari ruangan ini.” Jawabmu.
“Tidak, ada yang tidak aku miliki di rumah seperti yang ada di ruangan ini.”
“Kalau gitu hidup bersamaku di sini.”
Kita
tertawa setelah obrolan tidak jelas itu.
Obrolan tidak jelas yang entah
mengapa bisa sangat jelas terputar di ingatanku malam ini.
0 comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.