Sabtu, 15 Maret 2025

RAMADHAN KE-15

Bulan telah menempuh setengah perjalanannya
Purnama mekar seperti biasa di jendela kamarmu
dan mata tak pernah kehabisan alasan untuk mencuri secuil keindahan
dan menguncinya di labirin ingatan

Malam-malam yang hidup lambat laun mulai meredup
Orang-orang kembali larut dalam sibuk yang mereka ciptakan sendiri
Seolah-olah bulan ini hanya istimewa di awalnya saja
Disambut meriah tapi gagal istiqomah

Bukankah waktu tidurmu semakin panjang?
Sudah berapa kali kau lewatkan kesempatan bersedekah? 
Mengapa lisanmu amat mudah disetir hawa nafsu?

Bulan terus berjalan demi menyempurnakan amanatnya di bumi—tanpa jeda
Pilihanmu hanyalah bergegas menambal dan menjahit amal
atau meranggas dibunuh waktu

Menanti sebelas bulan lagi—jika belum mati

Kamis, 13 Maret 2025

MENIKMATI KETERLAMBATAN

Baru belajar untuk lebih santai menikmati keterlambatan di umur segini. Tidak terburu-buru ketika di stasiun, jalan santai ketika menuju halte, melambatkan langkah ketika di pasar, atau hal lainnya.

Ternyata..
Itu baik-baik saja.

Menunggu kereta selanjutnya tidak menyeramkan.
Ketinggalan bus bukan akhir dari segalanya.
Sedikit lebih lama di pasar bukan kesalahan.

Hidup tetap berjalan. Manusia tetap hidup pada alur takdir masing-masing. Rerumputan tetap meninggi. Hujan tetap turun secepat apapun kita mengejar mendung.

Barangkali hidup yang tidak terasa menyenangkan itu buah dari apa saja yang serba cepat. Bisa jadi kehilangan minat pada apapun itu hadir karena tidak menikmati setiap jengkal proses. Burn out. Lost interest for doing anything. Mungkin bisa disembuhkan ketika kita menikmati keterlambatan, melambatkan langkah, mulai memperhatikan awan berarak, mendung menggantung, rinai hujan sore, semilir angin yang menggoyang pucuk daun, bahkan bisa dengan mengamati setiap riak air got yang menghitam.

Selamat menikmati hidup. Semoga hidup kita kembali menyenangkan. Senyum kita terbit. Dan yang paling penting, kita selalu menemukan alasan untuk bersyukur.

Selasa, 11 Maret 2025

KERINDUAN

Tulisanku terhenti di tenggorokan.
Ada sesuatu yang sangat ingin kutuliskan.
Malam semakin jauh dan lagi-lagi kubatalkan.

Terlalu banyak kosa kata dalam kepalaku.
Namun tak satupun mengalir ke ujung penaku.
Sepertinya perlahan semua membeku.
Hanya imaji yang tampak cair di benakku.

Sepertinya ini tentang kerinduan.
Perasaan yang tak pernah ada tujuan.
Tak lagi ada pelabuhan.
Biarlah semuanya kembali kutelan.

Sabtu, 08 Maret 2025

MUSTAHIL

Bener juga, satu dua hari setelah kematian kita, orang-orang pasti lupa.

Lalu apa yang kau harapkan?

Berharap dunia mereka akan berhenti, hanya karena kamu sudah tiada? Mustahil.

Berharap mereka akan menangisimu setiap detiknya?

Berharap mereka akan selalu mendoakanmu?

Atau..

Berharap mereka akan berdoa, memohon-mohon pada Tuhan agar Ia mengembalikan ruh dalam jasadmu ke dunia?

Mustahil.

Jumat, 07 Maret 2025

TARAWIH

Tarawih barusan aku nangis-nangis tipis.

Tapi buru buru ku usap air mataku, sambil pasang muka ngantuk. Tetangga yang sholat di sebelahku bilang, "kok tumben kamu ngantuk? biasanya ngga pernah ngantuk." 

Alhamdulillah, terlihat seperti orang ngantuk, daripada orang yang habis meneteskan air mata.

Aku ngerasa..
Buruk banget yaa aku jadi manusia :)
Si paling onar dan berantakan.

Tak apa untuk dipendam dulu semuanya, tak apa porak poranda di dalamnya. Sebab perkataan orang terlalu menyakitkan jika kamu bicarakan semuanya.

Kamu pun tidak cukup kuat mendengarnya.
Tarik nafas dulu yaa :)

Kamis, 06 Maret 2025

MENYESATKAN DIRI

Ada banyak hal yang harus ku terima dari semua keadaan yang dihadapkan padaku, ada banyak hal juga yang harus bisa ku sadari bahwa tidak semua mampu ku dekap, ada banyak sekali sesal tentang pilihan² yang buat luka² baru tumbuh menumpuk diantara luka lama yang bahkan mengering saja belum, ada banyak sekali yang harus ku tanggung sebab belum mampunya diri menempatkan posisi pada apa yang terjadi, aku semakin kelimpungan dengan perasaan juga pikiran sendiri, tentang semua yang terjadi, tentang keadaan saat ini.

Seiring berjalannya waktu ku kira akan tetap mampu baik² saja, nyatanya semu. Benar, tidak ada yang baik² saja jika penerimaan tentang keadaan yang dilalui atau dihadapi saat ini belum sepenuhnya diterima dengan lapang hati.

Tidak ada maksud ingin melawan apa yang Tuhan takdirkan, bukan pula ingin terus menyesali menangisi meratapi semuanya, tapi berusaha menerima saja nyatanya memang tidak cukup, ikhlas bukan tentang sekedar sebuah penerimaan saja kan? Menyedihkan rasanya aku masih jauh dari tahap sepenuhnya ikhlas, sebuah penerimaan yang ku lakukan masih dibatas sekedar menerima, aku kesulitan memaafkan diri atas semua, atas segala yang terjadi di masa lalu yang membawa pada keadaan saat ini, keadaan yang tidak pernah terbayangkan.

Tuhan, aku lelah terus-menerus menyesatkan diri..

Aku ingin, sangat ingin mampu memaafkan diri, menerima tanpa lagi sibuk menyesali semuanya, menerima dengan lapang hati tanpa lagi menerka andai dulu yang aku lakukan begini atau begitu, aku ingin bisa melepaskan rasa sesak yang kian hari membuat ku kian tersesat. Aku ingin jatuh cinta sejatuh²nya pada diri ku dengan segala masa lalu ku, dengan segala kesalahan ku, juga dengan segala yang bisa ku banggakan dan segala keadaan di saat ini. Ya! semua apa yang ada pada diriku, aku ingin mampu menyayangi ku dengan benar lebih dulu, aku ingin mampu menerima diriku sendiri dengan rasa lapang yang benar² ikhlas.

— Siapapun kamu berbahagialah jika sudah mampu menemukan rasa ikhlas yang beriringan dengan penerimaan yang bukan hanya sekedar menerima saja, katanya jika sudah mampu ditahap itu Tuhan sudah benar² memeluk, dan aku tahu bahwa aku terlalu "melawan" apa yang Tuhan kehendaki hingga jalan yang ku tempuh harus begini 🥲

Selasa, 04 Maret 2025

Untukmu, yang Belajar Melepaskan

Aku melihatmu tak hanya dengan mata, tapi juga dengan seluruh pemahaman yang ku punya. Aku melihat bagaimana langkahmu kadang goyah, bagaimana hatimu berkali-kali terlipat dalam ragu. Aku melihat bagaimana kau memegang luka itu dengan gemetar, seperti menimbang-nimbang apakah harus kau genggam lebih erat atau lepaskan.

Aku ingin kau tahu, tak ada yang salah dalam mencintai. Hanya memang ada yang perlu diperbaiki dalam cara kita bertahan. Dan kau kini sedang mengajarkan dirimu sendiri untuk bertahan dengan cara yang lebih sehat, mungkin juga lebih kuat. Aku menyaksikan itu dan aku bangga padamu.

Kesedihan yang kau rasakan bukan tanda kelemahanmu, tetapi bukti betapa besar hatimu. Kau hanya perlu mengingat bahwa cinta yang layak untukmu tidak akan membuatmu merasa kecil di dalamnya.

Jangan terburu-buru memadamkan luka itu. Biarkan ia membimbingmu pada pemahaman yang lebih dalam tentang dirimu sendiri. Aku takkan meminta agar kau segera baik-baik saja. Aku hanya ingin kau tahu bahwa kau berhak menjadi lebih utuh, tanpa perlu mengorbankan dirimu untuk orang yang tak tahu cara mencintai dengan benar.

Jika kau ragu, tengoklah ke dalam dirimu. Di sana ada jawaban, ada cahaya, ada keteguhan yang tengah bertumbuh. Dan saat kau siap, kau akan berjalan tanpa menoleh lagi, kau akan memahami bahwa dirimu pantas melangkah lebih jauh.

Aku di sini, mendukungmu dalam diam, mengagumi kekuatan yang mungkin belum kau sadari sepenuhnya. Dan kapan pun kau butuh diingatkan bahwa kau tak sendiri dalam perjalanan ini, tengoklah ke arahku. Aku tetap dan selalu di sini, menyaksikanmu tumbuh.

NGABUBURIT BERUJUNG LEBAM

04 Maret 2025 | 17.20 WIB

Sebelum berangkat ngabuburit, nyiumin keponakan sambil kepikiran; "Kira-kira nanti kalo aku pulang, masih bisa lihat dia ga yaa??"

Sempet kepikiran begitu karena emang takut kenapa-kenapa, feeling udah ga enak, dan ga pernah aku nyium keponakan sampe sebegitunya. Takutnya balik kerumah udah ga bisa ketemu dia, dan hasilnya apaa??? Ditengah perjalanan pulang, dijalanan yang cukup lengang, tiba-tiba  Brakkk!!! Tergeletak diatas aspal, otak sempet ngeFreeze mencerna apa yang sedang terjadi. Ternyata kecelakaan beneran dong 🥲

Jadi kronologinya, saya menghindari Emak-emak yang tiba-tiba ngerem. Sudah saya perhitungkan untuk pengereman saya, dan sepertinya "Ga Nutut.." akhirnya terpaksa pake rem depan dan "Tibo karep e dewe.." 😅

Emak-emak itu boncengan sama anaknya, dan Alhamdulillah gapapa, tidak jatuh serta tidak luka sedikit pun. Kupikir, mengorbankan 1 orang lebih baik dari pada 3 orang yang menjadi korban.

Tapi Alhamdulillahnya lagi luka saya "hanya" di tangan kiri dan tangan kanan (ternyata pergelangan tangan kanan sedikit geser), pundak kiri bagian dalam sakit banget (sepertinya terkilir). Ada sedikit luka di pipi kiri karena mendarat di aspal duluan, di lutut sedikit baret tapi kaki kanan dan kaki kiri bagian dalam juga sangat sakit (mungkin karena tertindih motor/terkilir).

Kalo dipikir-pikir sakitnya banyak juga yaa haha.

Oh iyaa satu lagi, gigi atas dan gigi bawah saya jadi goyang wkwk (kali aja ada yang mau nyawer).

But,
Thank you my self..
You're strong
😊

Mungkin untuk tahun ini memang dapat kado yang bisa dibilang tidak mengenakkan, tapi saya bersyukur tidak terjadi begitu parah.

And..
Happy Birthday To  Me,
SEMOGA TAHUN DEPAN GA ANEH-ANEH Yaa !!!